Thursday, February 21, 2013

REVITALISASI PERTANIAN - Ir. Achmad Fachrodji, MM, Direktur Pemasaran & Industri Perum Perhutani.


Permasalahan dalam pemasaran produk pertanian pada umumnya adalah mutu produk yang belum standar, ketepatan pengiriman dan kontinyuitas produksi. Masalah mendasar ini harus diatasi dengan manajemen hulu – hilir sesuai dengan peran masing-masing dalam setiap simpul perdagangan dengan memaksimalkan peran asosiasi yang difasilitasi pemerintah”. Begitu salah satu petikan wawancara dengan Ir. Achmad Fachrodji, MM, Direktur Pemasaran & Industri Perum Perhutani.
Berikut petikan wawancara selengkapnya.

1.      Menurut Bapak, bagaimana prospek dan tantangan sektor pertanian kita saat ini dilihat dari sisi produksi dan pemasaran ?

Jika dilihat dari sisi produksi, komoditas beras dan jagung di Indonesia sudah mampu swasembada, namun tidak dipungkiri beberapa komoditas pertanian kita seperti kedelai, gula dan gandum masih melakukan impor. Dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam yang dimiliki dan ketersediaan tenaga kerja, teknologi dan modal, Indonesia memiliki prospek untuk swasembada pada produk-produk yang selama ini masih impor dan sekaligus menjadi produsen produk-produk pertanian yang handal dan bersaing di pasar regional dan internasional. Maka dari itu, potensi sumberdaya tersebut dapat dijadikan prospek yang cerah dan tentunya harus dapat dioptimalkan pada sektor pertanian kita.

Tantangan yang masih dirasakan sampai saat ini dan perlu segera dicari solusinya adalah masih tingginya biaya produksi, terutama akibat sarana produksi yang masih mahal (pupuk, benih unggul, obat-obatan) dan infrastruktur yang belum menunjang (saluran air dan jaringan jalan yang rusak atau bahkan  tidak ada jalan, sehingga mengakibatkan biaya transpotasi menjadi mahal). Berbagai pihak yang terkait dengan sarana produksi pertanian (saprotan) harus menjalin sinergi dalam membuat kebijakan strategis dan implementasinya di lapangan.

2.      Khususnya ditinjau dari aspek pemasaran, produk-produk pertanian dihadapkan pada berbagai permasalahan, antara lain karateristik hasil pertanian, jumlah produsen, karateristik konsumen, perbedaan tempat, dan efisiensi pemasaran. Komentar Bapak terkait hal tersebut ?

Kita harus bisa memanfaatkan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yang  dimiliki Indonesia. Kondisi lahan  yang subur dan berada di khatulistiwa, memungkinkan beberapa komoditas pertanian hanya bisa diproduksi di Indonesia. Sejak lama produk kopi, cengkeh dan rempah-rempah Indonesia sangat digemari orang Eropa, ini merupakan salah satu keunggulan kompetitif yang harus digarap serius. Kecukupan ketersediaan  tenaga kerja, ketersediaan lahan yang cukup luas untuk ditanami produk pertanian yang intensif, tersedianya teknologi, memungkinkan untuk menurunkan biaya produksi komoditas, sehingga produk Indonesia mampu bersaing dengan produk sejenis negara lain, ini merupakan keunggulan komparatif  yang perlu digarap serius.

Permasalahan dalam pemasaran produk pertanian pada umumnya adalah mutu produk yang belum standar, ketepatan pengiriman dan kontinyuitas produksi. Masalah mendasar ini harus diatasi dengan manajemen hulu – hilir sesuai dengan peran masing-masing dalam setiap simpul perdagangan dengan memaksimalkan peran asosiasi yang difasilitasi pemerintah.



3.      Dalam era reformasi, banyak perubahan dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan. Di antaranya paradigma pembangunan yang bersifat sentralistik mengalami koreksi dengan munculnya lingkungan strategi baru berupa pendekatan pembangunan yang bersifat desentralistik yakni otonomi daerah. Apa saja konsekuensi dari otonomi daerah ini dalam kaitannya dengan pemasaran produk-produk pertanian ke depan ?

Setiap daerah sesuai dengan karateristik wilayahnya didorong untuk memiliki produk pertanian unggulan dan  menjadi sentra produksi dan pemasaran.Singkronisasi kebijakan pusat dan daerah perlu segera laksanakan, sekaligus peraturan daerah yang berpotensi menghambat investasi dari luar daerah atau investor besar harus dihilangkan.

Mengingat produk pertanian memiliki karakteristik yang produktivitasnya sangat tergantung dengan alam dan sifatnya cepat turun mutu, maka  pemanfaatan teknologi komunikasi dan transportasi yang memadai sangat membantu untuk mempercepat distribusi barang dari hulu ke hilir, sehingga diperoleh harga yang baik.

4.      Apakah sejauh ini koordinasi antar BUMN dengan departemen-departemen di bidang pertanian sudah berjalan baik dan saling terkait ?

Upaya singkronisasi kebijakan dan program dengan konsep pembangunan  pendekatan cluster, sedang dilaksanakan. Contoh : Untuk mengurangi impor gula, khususnya untuk kebutuhan industri, maka di sektor penyediaan bahan baku gula yang berupa tebu, PT.  Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), bekerja sama dengan Perum Perhutani dalam kegiatan penanaman tebu di dalam kawasan hutan Perhutani dengan sistem tumpangsari atau sistem jelur (manajemen rejim).  Ada contoh singkronisasi program yang didukung oleh BUMN, dengan sebutan Program ”BUMN HIJAU” yang kegiatan utamanya memperbaiki daya dukung wilayah dengan pendekatan reboisasi luar kawasan hutan. Kegiatan ini selain Perum Perhutani didukung oleh PT. Jasa Tirta, PLN,  Jasa Maga, PTPN I-XII dan RNI.

5.      Berdasarkan sudut pandang Bapak, seperti apa penempatan sektor pertanian dalam paradigma pembangunan mendatang ?

Sektor Pertanian memiliki peran strategis dalam pembanunan nasional dan harus mendapat dukungan politik dan departemen teknis lain yang terkait. Ketahanan pangan dan energi berbasis tumbuhan (bio fuel) serta kebutuhan kualitas lingkungan hidup yang baik, merupakan isu strategis yang perlu penanganan multipihak.


6.      Langkah-langkah apa yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing pertanian yang berorientasi pada petani ?

Adapun langkah-langkah untuk meningkatkan bargaining position petani, antara lain,
pertama, riset dan teknologi harus didorong untuk mendapatkan teknologi yang tepat dan murah dan mudah diimplementasikan di lapangan; kedua, pemberian modal kepada petani, dengan paket-paket khusus; ketiga, peran Bulog dimaksimalkan, terutama untuk mampu membeli bila petani panen raya yang biasanya harga produk pertanian turun; keempat, pemberian subsidi untuk sarana produksi pertanian, seperti benih dan pupuk; kelima, pencetakan lahan baru untuk kegiatan pertanian; keenam, Tata Ruang Wilayah, harus segera dibuat dan dilaksanakan dengan disiplin. Karena ada kecenderungan berkurangnya lahan pertanian produktif yang beralih fungsi menjadi perumahan, atau bangunan lain dan ketujuh, peningkatan  pengetahuan petani, baik tenik budidaya dan pemasaran melalui penyuluh yang handal.

No comments:

Post a Comment